Imam Al-Ghazali Imam dan Hujjah bagi Islam

Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad menasihati para muridnya, “Janganlah kau biarkan waktumu berlalu tanpa sedikit pun membaca kitab Hujjatul Islam (Imam Ghazali), jika engkau ingin duduk bersama di tempat yang tinggi di sisi Allah.” Dalam kalam Imam Al-Haddad yang lain, “Barang siapa mencintai Imam Ghazali, Allah akan mencintainya. Cinta kepada Imam Ghazali adalah nikmat dari Allah, kita bersyukur atas pemberian ini. Beliau telah mengupas ilmu sampai sekecil-kecilnya, kemudian menyusunnya dengan susunan yang rapid an bagus, karena ia adalah obat dari penyakit hati. Barang siapa ingin hatinya sembuh dari penyakit, hendaklah senantiasa membacanya.”

Imam Al-Ghazali lahir pada tahun 450 Hijriah/1058 Masehi di Bandar Thus, Khurasan (Iran). Beliau mendapat sebutan Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau, Al-Ghazali Ath Thusi berkaitan dengan gelar ayhnya, yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing (Al Ghazali) dan tempat kelahirannya, yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan. Sedangkan gelar Asy Syafi’I menunjukkan bahwa beliau bermadzhab Syafi’i. Beliau berasal dari keluarga yang miskin. Namun ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi, yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan shalih. Dan terbukti di kemudian hari Imam Al-Ghazali menjadi seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka, yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.

Beliau pernah memegang jabatan kepala sekolah di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Beliau digelari Hujjatu Islam karena kemampuannya tersebut. Imam Al Ghazali sangat dihormati di dua wilayah Islam, Saljuk dan Abbasiyah, yang merupakan pusat kebesaran Islam. Imam Al Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan, dan beliau berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Beliau juga bersedia meninggalkan segala kemewahan hidup untuk mengembara demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum memulai pengembaraan, Imam Al-Ghazali telah mempelajari karya ahli sufi ternama, seperti Al- Junaid, Al-Baghadi dan Bayazid Busthami.

Karena sejak kecil telah dididik dengan akhlaq mulia, Imam Al-Ghazali benci pada sifat riya, bermegah-megah, sombong, takabur dan sifat-sifat tercela yang lain. Beliau sangat kuat beribadah, wara dan zuhud demi mendapat keridhaan Allah SWT. Imam Al-Ghazali mempunyai keahlian dalam pelbagai bidang ilmu, terutama fiqih, ushul fiqh, siyasah dan syariah. Oleh karena itu, beliau juga disebut seorang faqih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, Imam Al-Ghazali mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ushul fiqh, filsafat dan semua ajaran dalam keempat madzhab-madzhab tersebut. Karena ketinggian ilmunya, Imam Al-Ghazali diangkat menjadi maha guru di Madrasah Nizhamiyah di Baghdad pada tahun 484 Hijriah. Kemudian beliau juga menjadi kepala sekolah.

Imam Al Ghazali telah mengembara ke beberapa tempat. Dalam sepuluh tahun pengembaraannya, Imam Al Ghazali telah mengunjungi tempat-tempat suci di Makkah, Madinah, Yerusalem dan Mesir untuk bertemu ulama-ulama di sana dan mendalami ilmu pengetahuan. Beliau terkenal sebagai ahli filsarfat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu, yaitu Ihya Ulumiddin, yang telah memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia. Tentang kepakaran Imam Ghazali menulis kitab-kitabnya, Imam Al Haddad berkata, “Belum pernah ahli haq sepakat menyatakan seseorang telah mencapai kesempurnaan seperti kesepakatan mereka pada Imam Ghazali. Tidak akan sampai seseorang yang menyelami suluk ke tujuan sehingga membaca Imam Ghazali, karena ia akan membantunya menyelami suluk dan akan mengeluarkannya dari keburukan jiwanya dan hawa nafsunya, serta akan memperkenalkannya dengan segala bentuk tipu daya setan yang terkutuk.”

Karena itulah Imam Al-Haddad menasihati para muridnya, “Janganlah kau biarkan waktumu berlalu tanpa sedikit pun membaca kitab Hujjatul Islam (Imam Ghazali), jika engkau ingin duduk bersama di tempat yang tinggi di sisi Allah.” Dan kepada kaum mulismin, ia berkata, “Barang siapa meminta petunjukku untuk membaca kitab dan menuntut ilmu, aku akan mengajukan dan mengisyaratkan padanya untuk membaca kitab Al-Ghazali, karena ia adalah hidayah bagi yang membacanya, amalnya akan bersih dan meningkat, dan dia tidak akan dihinggapi penyakit riya, bahkan akan menjadi orang yang ikhlas.”

Kalam lain menyebutkan, “Barang siapa membaca kitab Imam Ghazali, itu telah cukup baginya dari segala usaha. Barang siapa menyibukkan dirinya dengan menyalin dan membacanya, urusan dan keberhasilan akan sempurna. Barang siapa membaca kitab Ihya Ulumiddin , Allah akan menganugerahkan kepadanya rasa takut (kepada Allah) dalam perjalanannya menjalankan suluk. Tidak akan mendapat rintangan seperti yang banyak didapat orang lain yang menjalani suluk di dalam perjalanan mereka. Barang siapa menyibukkan dirinya dengan membaca atau mengamati kitab ihya, sungguh ia sudah mendapatkan ilmu. Karena dengan membacanya itu sudah cukup baginya, sehingga tidak perlu lagi guru atau pembimbing. Tidak ada suatu pun yang bermanfaat untuk manusia pada zaman ini lebih daripada membaca Ihya karena ia adalah kehidupan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menurut Imam Al Haddad, ada empat kitab yang tidak ada bandingnya di bidangnya, yaitu kitab Shahih Bukhari dalam bidang hadist, kita Ihya dalam bidang tasawuf, kitab Al Baghawi dalam bidang tafsir Al Quran, dan kitab Minhaj dalam bidang fiqih.

Pendaftaran ahli kariah surau SMM

Pendaftaran ahli kariah surau SMM telah bermula pada tarikh 24.4.2009.

Tujuan pendaftaran ini bagi membuat bancian secara terperinci mengenai jumlah sebenar ahli kariah dan sebagai salam perkenalan bagi usaha untuk mengeratkan silaturahim seterusnya untuk menunaikan hak persaudaraan sesama Islam seperti mana yang dituntut oleh syarak.

Dari Abu Hurairah Radiallahu-Anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Hak seorang muslim ke atas seorang muslim yang lain ada lima perkara: Iaitu menjawab salam, menziarahi orang yang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang bersin (Mengucap Yarhamukallah). (Riwayat Al-Imam Al-Bukhari)

Click Borang Pendaftaran